Pameran Metamorfosa #4: Potret Kritis Indonesia dalam Goresan Drawing Borneo
KALBARSATUSUARA.COM (PONTIANAK) – Sebanyak 86 karya seni visual dari 20 seniman, pelajar, dan mahasiswa dipamerkan dalam gelaran Drawing Borneo Metamorfosa #4 yang berlangsung di Gedung Konferensi Universitas Tanjungpura (Untan) mulai 17 hingga 24 Mei 2025. Pameran ini mengusung semangat menggambar sebagai media kritik sosial, pendidikan, dan regenerasi seni rupa di Kalimantan Barat.
Salah satu seniman yang menjadi motor kegiatan, Ferdinan atau yang akrab disapa Mbah Dinan, menampilkan enam karya miliknya.
Ia juga aktif menggerakkan komunitas-komunitas seniman di Kalbar untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Drawing Borneo Metamorfosa merupakan bagian dari gerakan nasional Indonesia Menggambar, yang mewadahi lebih dari 250 komunitas di seluruh Indonesia. Setiap bulan Mei, komunitas ini menetapkan sebagai Hari Menggambar Nasional yang dirayakan secara serentak.
“Tahun ini, tema nasionalnya adalah ‘Menggambar Indonesia’. Setiap daerah menggambarkan kondisi sosial dan budaya Indonesia hari ini, bahkan tak sedikit karya yang mengangkat sisi gelap Indonesia seperti korupsi, penindasan, dan pembatasan kebebasan berpendapat. Di Kalbar, kami beri kebebasan berkarya, tapi setiap gambar tetap harus menyelipkan unsur budaya lokal,” jelas Mbah Dinan.
Para peserta menampilkan antara tiga hingga lima karya yang memuat kritik sosial dalam bahasa gambar. Visualisasi yang dihadirkan menjadi simbol perlawanan dan ajakan berpikir kritis, khususnya menyasar kalangan pemuda dan pelajar. Lewat gambar, para seniman ingin membuka mata generasi muda bahwa Indonesia tengah menghadapi banyak persoalan yang tak boleh diabaikan.
Selain pameran seni, kegiatan ini juga memiliki nilai edukatif. Ada sesi bedah karya yang memungkinkan masyarakat memahami makna di balik tiap gambar dan pesan yang ingin disampaikan para seniman. Pameran ini juga menjadi sarana regenerasi bagi anak-anak usia sekolah.
“Data kami menunjukkan 70 persen anak SD di Pontianak belum mampu menggambar, berbeda dengan kemampuan mewarnai. Karena itu, kami selenggarakan workshop untuk mahasiswa, guru, anak SD dan SMP. Ke depan, kami akan terus menyisir sekolah-sekolah untuk memberikan pelatihan menggambar sebelum pameran berlangsung,” ungkapnya.
Menurutnya, kegiatan menggambar tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga meningkatkan konsentrasi anak karena menggambar berfokus pada objek yg akan digambar. “Ini bisa menjadi terapi positif bagi tumbuh kembang anak, bahkan membentuk kecerdasan visual mereka,” tambahnya.
Pameran Drawing borneo Metamorfosa #4 menjadi ruang alternatif bagi seniman, pelajar, dan masyarakat umum untuk bersuara melalui media seni visual. Dengan semangat kolektif dan pesan yang kuat, kegiatan ini diharapkan mampu menumbuhkan kepekaan sosial generasi muda serta melestarikan budaya visual lokal di tengah arus globalisasi. (BP)
editor : Fds
Social Footer