![]() |
Fenomena Arang Bakau di Batu Ampar, Kubu Raya |
KALBAR.SATUSUARA.CO.ID (BATU AMPAR) - Produksi
arang bakau menjadi fenomena tersendiri di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat. Aktivitas ini telah berlangsung secara turun-temurun
dan menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat pesisir, terutama di
desa-desa yang berada di sekitar kawasan hutan mangrove.
Hasil produksi arang bakau dari
Batu Ampar bahkan telah dikenal hingga ke berbagai daerah di Kalimantan Barat.
Tidak sedikit warga yang menggantungkan hidupnya dari usaha ini, mulai dari
pencari kayu bakau, pekerja pengolah arang, hingga para pengepul dan pedagang.
Namun di balik geliat ekonomi
tersebut, tersembunyi permasalahan besar yang mulai menjadi perhatian banyak
pihak, yaitu kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap kelestarian hutan bakau.
Hutan mangrove yang berfungsi
penting sebagai penahan abrasi, tempat hidup biota laut, serta penyerap emisi
karbon, terus mengalami penyusutan akibat eksploitasi untuk bahan baku arang.
Proses Panjang, Hasil Tak
Sebanding
Produksi arang bakau bukanlah
pekerjaan yang ringan. Prosesnya memakan waktu panjang, mulai dari penebangan
kayu bakau, pengangkutan, hingga pembakaran di tungku tradisional yang
berlangsung berhari-hari.
“Kerja bikin arang ini berat,
panas, dan lama. Tapi karena ini yang bisa diandalkan, terpaksa tetap
dijalani,” ujar salah satu warga pembuat arang di Batu Ampar.
Sayangnya, hasil yang didapat pun
tidak selalu sebanding dengan jerih payah. Selain harga arang yang fluktuatif,
para pekerja arang juga harus menghadapi ancaman kesehatan akibat asap
pembakaran.
Kesadaran Mulai Tumbuh, Siap
Beralih Jika Ada Solusi
Dalam beberapa diskusi dan
pertemuan warga bersama pemerintah daerah, muncul kesadaran baru di tengah
masyarakat Batu Ampar. Warga kini mulai memahami dampak jangka panjang dari
eksploitasi hutan bakau terhadap kehidupan mereka sendiri.
“Kalau ada kerjaan lain yang bisa
menghasilkan, kami siap beralih. Kami sadar, lingkungan yang rusak bisa
merugikan anak cucu kita nanti,” ungkap salah satu tokoh masyarakat.
Potensi ekonomi di Batu Ampar
sebenarnya cukup beragam, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan,
hingga peternakan. Hanya saja, pengembangannya masih menghadapi berbagai
kendala, seperti akses infrastruktur, permodalan, teknologi, hingga pasar.
Sekda Kubu Raya Tekankan
Pentingnya Sinergi
Sekretaris Daerah Kabupaten Kubu
Raya, Yusran Anizam, menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak tinggal diam
dalam menghadapi persoalan ini.
“Kami terus mendorong
program-program yang bisa memberikan solusi ekonomi bagi warga. Kuncinya ada di
sinergi semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha. Kita juga
sedang mempercepat pembangunan jalan poros ekonomi untuk membuka akses masyarakat,”
ujarnya.
Menurut Yusran, pemerintah daerah
membuka ruang kolaborasi untuk pendampingan usaha produktif, pelatihan
keterampilan, serta kemitraan pasar agar warga bisa benar-benar beralih dari
arang bakau ke usaha lain yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dilema Ekonomi atau Ekologi
Fenomena arang bakau di Batu
Ampar kini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, masih menjadi sandaran
ekonomi masyarakat. Di sisi lain, kerusakan lingkungan akibat aktivitas ini
sudah tak bisa diabaikan.
Keberhasilan transisi dari usaha
arang bakau menuju ekonomi alternatif yang berkelanjutan akan menjadi contoh
penting, tidak hanya bagi Kubu Raya, tetapi juga bagi wilayah pesisir lainnya
di Indonesia yang menghadapi persoalan serupa. (tim liputan).
Editor : Heri
Social Footer