Bidan Asal Aceh Tak Pernah Hitungan Tarif, Dari Pasien Ngebon Sampai Barter Barang
KALBARSATUSUARA.COM (KAPUAS HULU) - Tempat praktek bidan swasta Sinurani berada di Desa Miau Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Keberadaan Sinurani sebagai bidan disana, telah membantu banyak masyarakat setempat. Dalam proses pelayanan, dia juga tak hitungan harga. Berhutang hingga pembayaran barter barang dari pasien pernah ia alami. Bagaimana kisahnya ?
Hari Selasa lalu, tempat praktek bidan swasta Sinurani kedatangan tim verifikasi dari BKKBN Pusat. Kedatangan mereka kesana, buat melakukan penilaian nominasi role model TPMB tiga besar nasional zona luar Pulau Jawa. Jumat (18 Agustus 2023).
Lokasi tempat praktek Bidan Sinurani tampak besar. Memiliki kamar-kamar dengan ruangan pelayanan pemasangan KB mulai jenis IUD, Implan, Suntik, Pil dan kondom. Kemudian terdapat layanan pemeriksaan ibu hamil. Bayi dan balita, kunjungan nifas, konsultasi ASI, laboratorium mini buat pengecekan HB, asam urat, gula dan kolesterol, tindik telinga, imunisasi hingga layanan persalinan 24 jam. Lokasi pelayanan kesehatan ini tampak seperti puskemas kecamatan.
“Bangunan ini berdiri sejak 2020 lalu. Sebelumnya saya praktek di rumah, sejak tahun 2006. Saya sendiri ASN bidan di Kapuas Hulu dan bertugas di sini (Desa Miau). Saya perantauan dari Aceh. Datang ke sini karena ikut suami tugas di perkebunan,” ujar Sinurani.
Lokasi Desa Miau kata dia cukup jauh untuk menuju Kecamatan Silat Hilir. Sehingga ketika masyarakat ingin mendapat pelayanan kesehatan mesti turun ke Puskesmas di daerah kecamatan.
Di 2006 itulah, iapun memberanikan diri untuk membuka pelayanan bidan swasta. Mulai dari pelayanan persalinan dan pemasangan KB sederhana pada warga di Desa Miau. Berjalannya waktu, pelayanan ini terus berkembang. Informasinya dari mulut ke mulut warga desa.
Pemberian pelayanan pada warga desa berjalan baik. Banyak warga merasa terbantu adanya Sinurani di sana. Pengalaman menangani pasien melahirkan pun makin teruji. Dalam memberikan pelayanan Sinurani juga tak kenal waktu. Ketika ada yang mau melahirkan di malam hari, tengah malam atau subuh ia sigap membantu pasien.
Mengenai tarif bukan menjadi nomor satu bagi Sinurani. Terpenting adalah keselamatan ibu dan bayi yang melahirkan.
“Sampai sekarangpun ketika pasien tidak memiliki uang, masih bisa ngebon. Saya tak hitung-hitungan, paling penting itu keselamatan pasien,” ujarnya.
Di awal ia datang ke sini, malahan sempat merasakan pelayanan kesehatan dengan pembayaran barter. Seperti diberikan sayur, atau hasil kebun. Kalau sekarang sudah sangat jarang, sebab perekonomian warga di sini sudah semakin baik. Rerata mereka bekerja di perkebunan.
Dalam pelayanannya, Sinurani juga membuat inovasi. Pertama ia namakan Cantika, yaitu cara aktif menangani tetangga, ibu keluarga akseptor. Di inovasi ini ia memberikan edukasi pada keluarga di dusun yang ditemukan pada satu RT tidak mau memasang KB karena dianggap tabu. Dari hasil edukasinya, kini 1 RT tersebut, pelan-pelan mulai paham tentang manfaat dari alat kontrasepsi. Merekapun akhirnya ikut menggunakan alkon meski masih yang sederhana.
Dalam upaya meningkatkan kepesertaan MKJP, ia juga memberikan reward kepada akseptor KB berupa souvenir kamar mandi dan souvenir dapur. Dari yang sudah dilakukan ini, kini dalam satu bulan dia bisa melayani seratus pasien di praktek bidan swastanya.
Bahkan di Januari lalu, yang awal pemasangan MKJP ditarget 60 akseptor, di Kecamatan Silat Hilir bisa tembus di 83 akseptor pemasangan MKJP. Saat ini di tempat prakteknya sudah memiliki tiga bidan, satu perawat, satu orang manajemen dan dua orang tenaga umum.(Tim Liputan).
Editor : Nadi
Social Footer