Ketum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso yang didampingi Sekum LDII, Dody Taufiq Wijaya |
KALBAR.SATUSUARA.CO.ID (JAKARTA) - Data yang dihimpun DPP
LDII menyebutkan, warga LDII di seluruh Indonesia menggelar salat Ied di ribuan
lokasi dari Sabang hingga Merauke atau 38 provinsi pada hari Rabu
(11/4) lalu.
Hal tersebut
disampaikan Ketua Umum DPP LDII, KH. Chriswanto Santoso, Ia mengatakan pada momen Hari Kemenangan ini,
warga LDII di seluruh Indonesia melengkapinya dengan salat Ied.
"Alhamdulillah dari data
yang masuk titik lokasi sholat Ied warga LDII berjumlah ribuan. Dan usai
khotbah salat Ied, ada nasehat yang semua diisi dengan pesan-pesan toleransi,
persatuan dan kesatuan, serta saling menghormati dalam berkeyakinan,” ujarnya.
Tema tersebut selalu relevan
dengan perjalanan bangsa Indonesia, yang terdiri dari beragam suku, agama, dan
ras. Bangsa Indonesia pun di era modern ini juga kian menyadari ikatan kebangsaan
yang merajut keberagaman tak selamanya kokoh, “Sifat pluralisme yang berbeda
satu sama lain, berhasil disatukan bangsa Indonesia dengan Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI,” tutur KH Chriswanto.
Namun, KH Chriswanto juga
mengingatkan ideologi transnasional bisa terus menggerus “4 Pilar Konsensus
Bangsa”, apalagi dipertajam dengan isu-isu ketimpangan ekonomi atau pembangunan.
“Maka, pesan kuat Idul Fitri dari
DPP LDII adalah toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta penghormatan
terhadap keyakinan. Dengan tiga hal itu, nasionalisme dapat diperkuat untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional,” imbuh KH Chriswanto.
Ia berpendapat, dengan menganut
demokrasi tiga hal tersebut mendapat ruang dan dukungan baik dari pemerintah
maupun rakyat Indonesia. Di dalam demokrasi, pemerintah memastikan rakyat
mendapatkan hak-hak asasinya berupa hak hidup, beragama, berkeyakinan dan hidup
sejahtera.
“Bahkan pemerintah juga
memastikan melindungi hak hidup agama-agama dan berkeyakinan. Dan mayoritas
melindungi minoritas, dan minoritas menghormati mayoritas. Itulah indahnya
demokrasi,” katanya.
Menurutnya, di alam demokrasi
berkeyakinan tidak boleh melalui paksaan. Untuk itu, sekelompok orang tidak
boleh menyatakan paling benar lalu menyalahkan pihak lain di ruang publik, yang
memicu kegaduhan.
“Termasuk pelarangan bagi
kelompok tertentu untuk beribadah. Kecuali dengan jelas, terindikasi ingin
mengubah dasar negara Pancasila dengan yang lain, dan tidak memiliki komitmen
kebangsaan,” tegas KH Chriswanto.
Sementara itu, Sekretaris Umum
DPP LDII Dody Taufiq Wijaya mengatakan pesan mengenai toleransi, persatuan dan
kesatuan, serta penghormatan terhadap keyakinan disuarakan LDII melalui
tausiyah usai salat Ied di ribuan lokasi di seluruh Indonesia.
Selain kerap dilontarkan di
pengajian-pengajian di majelis taklim LDII, penguatan kebangsaan melalui salat
Ied bisa menjangkau khalayak yang lebih luas.
“Warga LDII bisa dipastikan
hampir 100 persen hadir saat salat Ied, warga masyarakat di sekitar lokasi salat
Ied juga bisa mendengarkan pesan-pesan kebangsaan tersebut,” ujar Dody.
DPP LDII menurutnya, membuat tema
kebangsaan tersebut sebagai materi untuk tausiyah usai salat Ied. Tema tersebut
kemudian diperdengarkan kembali oleh para penasehat agama untuk para jamaah
salat Ied.
“Sehingga pesan berantai tersebut
teramplifikasi dengan baik, menjangkau umat dan membangun kesadaran mengenai
nasionalisme dan menghormati kebebasan beragama serta berkeyakinan,” tutur
Dody.
Tanpa penghormatan terhadap hak
dasar itu, negara dan bangsa Indonesia sulit untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan sebagai modal pembangunan nasional. Peradaban modern hari ini,
menurutnya ditantang oleh isu-isu rasisme dan radikalisme.
“Bila kita terjebak dalam isu-isu
itu, kita seperti mundur 1.000 tahun ketika orang mempertentangkan agama untuk
tujuan politik. Dan itulah yang membuat negara-negara besar di abad pertengahan
mengalami kemunduran,” pungkasnya.
Sekum DPP LDII ini menegaskan,
keunikan bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk, merupakan modal
besar dalam pembangunan nasional. Di sisi lain, perbedaan tersebut harus
dikelola agar kita tetap satu sebagai bangsa. (tim liputan).
Social Footer