Saat Kunjungi Warga Di Desa Nanga Danau Kapuas Hulu |
KALBAR.SATUSUARA.CO.ID (PUTUSSIBAU) - World
Wild Foundation (WWF) sebagai salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat atau
Non-Government Organization (NGO) yang saat ini salah satu sitenya di
Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu dan di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat pada hari Kamis (24 Mei 2024).
Hampir selama 5 tahun World
Wild Foundation (WWF) melakukan pendampingan bagi masyarakat desa-desa di
Kabupaten Kapuas Hulu. Mulai dari
desa-desa di Kecamatan Hulu Gurung sampai tahun 2022 dan dilanjutkan ke
Kecamatan Kalis dan Kecamatan Embaloh Hulu.
Saat ini pendampingan di
Kecamatan Kalis meliputi 4 desa: Desa Bahenap, Desa Kensuray, Desa Rantau Kalis
dan Desa Nanga Danau. Satu lagi di
Kecamatan Embaloh Hulu di Desa Menua Sadap.
Memasuki tahun ketiga
pendampingan sudah sampai pada pelatihan produk turunan dan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) sebagai tahapan awal tahun ketiga pemdampingan masyarakat oleh.
Sebagai
penndamping WWF, Syahirsyah atau biasa lebih dikenal dengan Bung
Jimmy, menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan selama dua hari, Kamis-Jumat 23-24
Mei 2024 ini merupakan kelanjutan dari serangkaian kegiatan sejak dua tahun
lalu.
Di awali
dengan kesediaan masyarakat diwakili pihak desa untuk ikut serta secara sadar
dalam kegiatan ini dan dilanjutkan kegiatan pertama berupa analisis tingkat
kerawanan dan dilanjutkan dengan survei tanah dan evaluasi kesesuaian lahan di
seluruh desa yang diikutkan dalam pendampingan ini.
“Untuk Kecamatan
Kalis terdiri dari 4 desa, yaitu Desa Bahenap, Desa Kensurai, Desa Rantau
Kalis, dan Desa Nanga Danau. Sedang di
lintas Utara, ada di Kecamatan
Embaloh Hulu yaitu Desa Menua Sadap,” jelasnya.
Bung Jimmy berharap kegiatan ini akan terus meningkat dan dapat
berkelanjutan sebagai alternatif penambahan ekonomi keluarga masyarakat desa.
Sementara
itu PIC dari WWF Putusibau ,Decta, mengatakan bahwa untuk kegiatan Pelatihan yang dilakukan selama 2 hari ini ada satu desa
tambahan, Desa Labian, Kecamatan Batang Lupar.
“Pelaksanaan
pelatihan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama mengikuti Pelatihan
Produk Turunan yang diikuti oleh perwakilan dari masing-masing kelompok
tani. Kelompok kedua menerima pelatihan
terkait Menyusun Rencana Bisnis atau Bisnis Plan dari masing-masing Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dari setiap desanya,”
jelas Decta.
Kelompok pertama untuk produk
turunan, didampingi oleh Dr. Maherawati, S.T.P., M. P., yang merupakan Ketua Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, selaku nara sumber didampingi 3 mahasiswanya, di
hari pertama menjelaskan dan mencontohkan cara memproduksi produk turunan dari
cabe, jahe dan terong.
“Untuk cabe
diolah menjadi bon cabe dan pasta cabe. Sementara
untuk
jahe diolah menjadi jahe bubuk dan sirup jahe dan terong diolah menjadi manisan terong,” terang Dr. Maherawati.
Sementara
untuk Kelompok
kedua didampingi sepenuhnya oleh Lucky Hartanti, S.T.P., M. P., dari Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura,
selaku nara sumber pendampingan BUMDes, Lucky Hartanti menjelaskan bahwa
masing-masing BUMDes menyampakian rencana bisni yang akan dijalankan di tahap
awal ini secara lengkap mulai dari penyusunan Visi dan Misi serta cash flow
bisnis setelah mendapatkan ppenjelas secara lengkap di hari pertamanya.
“Para
perserta di dua kelompok sangat antusias sebagaimana tertimoni yang disampaikan
dari masing-masing kelompok baik kelompok tani maupun kelompok masing-masing
BUMDes,” jelasnya. (FR/tim liputan).
Editor : Ahmad
Social Footer