Calon Mubaligh LDII Dapat Pembekalan Dari Menteri PMK Muhadjir |
KALBAR.SATUSUARA.CO.ID (NGANJUK) - Peserta Diklat dan test calon
mubaligh-mubalighah LDII terasa istimewa. Betapa tidak, ada pejabat negara
yakni Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy, yang hadir sekaligus memberikan pembekalan kepada peserta
diklat dan tes calon muballigh-muballighot di Pondok Pesantren (Ponpes) Al
Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada hari Sabtu (15 Juni 2024)
Ia menyampaikan materi terkait
pengembangan sumberdaya manusia pada pendidikan pondok pesantren.
Menko Muhadjir menjelaskan bahwa
pondok pesantren merupakan sistem pendidikan di Indonesia yang sudah ada jauh
sebelum adanya kemerdekaan.
“Sistem pendidikan di Indonesia
pada mulanya ialah pondok pesantren,” ujarnya.
Pada masa kepemimpinan Presiden
Jokowi pondok pesantren mengalami perubahan yang sangat besar, yaitu ditandai
dengan disahkannya Undang-Undang tentang Pesantren.
Pesantren saat ini tidak hanya
untuk pendidikan agama, tapi juga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
ilmu keduniaan.
“Pondok pesantren saat ini harus
memberikan keterampilan serta pengetahuan umum bagi para santrinya. Karena
pondok pesantren itu tidak hanya mencetak manusia untuk syiar agama, tetapi
juga mencetak manusia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas, guna
membatu masyarakat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara,” ujar Muhadjir.
Menurut Menko Muhadjir, pesantren
binaan LDII adalah salah satu pesantren yang menggunakan pengembangan cara
belajar secara inklusif, yaitu tidak melulu ilmu agama, tetapi juga diimbangi
dengan ilmu dunia yang disesuaikan menurut minat dan bakat santri.
“Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa
kita itu harus imbang antara agama dan keduniaan, tidak boleh berat sebelah,
harus mengejar kejayaan di dunia juga di akhirat,” tuturnya.
Ia mengatakan, saat ini pondok
pesantren juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada, jangan sampai
tertinggal dari perkembangan ilmu di luar sana. Ia berpesan pada santri
“Jangan sampai kalian merasa puas
hanya dalam menuntut ilmu agama tanpa mengejar ilmu dunia,” ucap Menko
Muhadjir.
Selain itu, ia mengingatkan
santri untuk memperbanyak sholat tahajud, sebab akan banyak sekali keutamaan
yang didapatkan. Ia menjelaskan, dalam surah Al-Isra’ Ayat 77-79, secara
eksplisit bahwa sholat malam adalah ibadah sunah yang sangat dianjurkan.
“Saya mendoakan semoga diantara
santri ini nantinya ada yang menjadi menteri, presiden, atau pejabat negara
yang bisa amanah dengan berlandasan ilmu Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW,”
ujar Muhadjir.
Pada kesempatan itu, ia
mengapresiasi para Tahfidz Al-Qur’an dan para santri yang telah berani menjawab
pertanyaan yang diberikan. Ia juga memberikan bantuan berupa alat olahraga
serta sumbangan hewan kurban untuk para santri Ponpes Al Ubaidah.
Sementara itu, Ketua DPP LDII,
Ardito Bhinadi, memaparkan bahwa Ponpes Al Ubaidah ini merupakan tempat tes
terakhir dari Pondok Pesantren binaan LDII yang ada di seluruh Indonesia.
“Para santri yang diberangkatkan
dari pondoknya masing-masing akan menjalani diklat selama satu bulan di Ponpes
Wali Barokah, Kota Kediri, dilanjut satu bulan di Ponpes Al Ubaidah, Kertosono”
jelas Ardito Bhinadi.
Setiap bulannya terdapat 600
hingga 1.000 santri yang mengikuti diklat dan tes calon muballigh-muballighoh
di Ponpes Al Ubaidah. Setelah lulus tes, santri akan di tugaskan ke
pelosok-pelosok daerah untuk syiar ilmu agama serta bekerja atau dikembalikan
ke pondoknya masing-masing untuk melanjutkan studinya.
“Santri di pondok binaan LDII ini
berasal dari santri pondok reguler, para pelajar yang ada di boarding school
dan para mahasiswa,” terangnya.
Selain itu, ia menjelaskan untuk
mendukung program pemerintah dalam mencegah stunting,
“LDII melakukan pembinaan sejak
dini dengan memberikan literasi kesehatan dan pembekalan bagi santri perempuan
yang akan kami tugaskan ke seluruh pelosok daerah,” tutur Ardito Bhinadi.
Selain itu Menko Muhadjir Effendy
juga meninjau upaya pencegahan stunting di Posyandu As-Syifa Ponpes Al Ubaidah.
Menko Muhadjir mengecek langsung proses pengukuran bayi dan balita yang
dilakukan oleh para kader Posyandu As-Syifa, mulai dari pengukuran lingkar
kepala, tinggi badan, dan berat badan.
Selain itu, dia juga memantau
pencatatan perkembangan tumbuh dan kembang anak dan melihat proses konsultasi
gizi setelah melakukan pengukuran serta pencatatan dan pelaporan di posyandu.
“Untuk pengukuran dan penimbangan
balita dilakukan serempak secara nasional dengan melibatkan 338 ribu posyandu
seluruh Indonesia,” ujar Muhadjir.
Capaian pencegahan stunting
menurut Menko Muhadjir masih sekitar 30 persen, oleh karena itu ia berharap
masing-masing pemerintah provinsi dan kabupaten-kota, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di masing-masing daerah supaya mempercepat
penimbangan dan pengukuran balita di seluruh Posyandu.
Dengan demikian akhir Juni
diharapkan mencapai minimum 90 persen dari total populasi balita dan jumlah
Posyandu yang ada.
“Target itu tidak akan tercapai jika hanya melibatkan satu pihak. Mari kita semua pemangku kepentingan untuk saling bekerja sama dalam mengentaskan stunting di Indonesia, termasuk diantaranya peran dari pondok pesantren cukup signifikan,” ujar Muhadjir Effendy. (sa/tim liputan).
Social Footer