Selangkah Lagi Korupsi Jadi "Local Wisdom" |
KALBAR.SATUSUARA.CO.ID (PONTIANAK) - Kalian pasti sering dengar, korupsi sudah jadi
budaya. "Korupsi, ah biasa..." Bahkan, selangkah lagi jadi
"local wisdom" atau kearifan lokal.
Panas ndak kuping dengarnya.
Masa' salah satu budaya Indonesia adalah korupsi. Pasti tak terima. Apalagi
dimasukkan dalam buku pelajaran. Ramai pasti menolak. Saya pun akan
dikejar-kejar. Bagaimana dengan faktanya? Mulai bingungkan. Yang belum
ditangkap itu, presiden dan wakil presiden. Sementara dari menteri sampai
kepala desa, bahkan tukang ketik di kantor pun ada yang dijebloskan ke penjara.
Korupsi. Terbaru, kalau semua happy, tak masalah korupsi. Selangkah lagi jadi
local wisdom.
Korupsi semua happy. Satu lagi
kawannya, dinasty politik. Dua item ini justru masuk dalam Asian Value. Lho
bayangkan, se Asia katanya menganggap dinasty politik dan korupsi sebagi nilai
Asia.
Narasi tersebut ramai dibantah.
Lagi-lagi viral. Semua berawal dari podcast Total Politik. Host-nya
menarasikan, dinasty politic adalah human right, hak asasi manusia. Banyak tak
terima. Tapi, fakta di lapangan memang demikian. Dinasty politik memang human
right, tak melanggar aturan. Lho mau angkut semua keluarga dalam pemerintahan,
tak ada masalah, dan tidak melanggar hak asasi manusia. Banyak menolak, tapi
fakta dan data bicara, banyak menerima. Korupsi banyak menolak, di lapangan,
banyak menganggap biasa. Tak ada fulus, mampus.
Local wisdom, kearifan lokal. Ini
banyak diajarkan di sekolah dan kampus. Betapa budaya kita banyak mengajarkan
kearifan. Banyak adat istiadat mengajarkan kejujuran, menjunjung tinggi
kebenaran. Termasuk antikorupsi juga diajarkan di lembaga pendidikan. Para
siswa ditanamkan semangat antikorupsi. Korupsi itu merusak, melanggar hukum,
meruntuhkan reputasi, bla..bla..bla..
Fakta di lapangan, semangat
antikorupsi tak berbanding lurus dengan kenyataan. Berbuih-buih dosen, guru,
ustaz, pendeta agar menjauhi korupsi, nyatanya para penegak hukum malah sering
terlibat korupsi. Belum lagi pejabat yang sering malak para pengusaha. Kalau
tak dikasih pelicin, izin tak dikeluarkan. Hal yang mudah kadang dipersulit.
Tak ada fulus, tak akan mulus.
Apa yang terjadi bila korupsi
sudah jadi local wisdom atau masuk dalam Asian Value? Akan ada trik korupsi
yang aman dan damai. Korupsi menjadi seni. Bagaimana merampok uang negara tak
tersentuh hukum.
Saya sering ngobrol dengan
anggota dewan. Mereka diajarkan cara menghindari sadapan KPK. Sebab pintu masuk
KPK itu biasanya dari percapakan di WA. Nah, bagaimana trik nya, mereka paham
itu. Ke depan akan ada tutorial korupsi aman dari tangkapan KPK. Ke depan akan
ada trik jitu mengelabui kejaran jaksa dan polisi. Akan ada cara efektif
membuat laporan keuangan agar dibilang WTP oleh BPK.
Untungnya local wisdom itu belum
terjadi. Tapi secara informal sebenarnya sudah lama terjadi. Pada akhirnya
semua akan sepakat, korupsi hal biasa, memang sudah jadi budaya. Selangkah jadi
local wisdom. Jangan marah ya...nanti tak kasih Bansos, ups.
Satu-satunya yang jauh dari hingar-bingar korupsi, ngopi. #camanewak.
Penulis
: Rosadi Jamani ( Bang Ros)
Social Footer