Tidak Ada Istilah Medis Detoksifikasi Vaksin COVID-19 |
KALBAR.SATUSUARA.CO.ID (JAKARTA)
- Narasi
yang mengklaim adanya cara untuk mendetoksifikasi vaksin COVID-19 yang telah
masuk ke dalam tubuh beredar di media sosial, baru-baru ini. Klaim ini muncul
dalam sebuah unggahan video di media sosial menyusul kekhawatiran terhadap efek
samping vaksin COVID-19.
Unggahan video tersebut
menampilkan ulasan tentang efek samping vaksin COVID-19 dari berbagai merek.
Isi video juga menyebutkan tentang keberadaan tim detoksifikasi vaksin dan imunisasi
yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Menanggapi hal ini,
Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan
Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari,
Sp.A(K), M.Med.Ed., PhD. menegaskan, tidak ada istilah medis ‘detoksifikasi
vaksin COVID-19’ atau detoksifikasi pada jenis vaksin lainnya.
Vaksin yang disuntikkan
bertujuan membentuk kekebalan tubuh atau menghasilkan antibodi. Sementara itu,
detoksifikasi mengacu pada upaya membersihkan, menetralkan, atau mengeluarkan
zat racun atau toksin dari dalam tubuh.
“Vaksin yang diberikan
itu kan antigen (mikroorganisme). Artinya, komponen virus yang diinaktivasi
atau dilemahkan. Jadi, yang akan terbentuk adalah antibodi. Kalau detoksifikasi
ini soal toksin, racun,” jelas Prof. Hinky saat dihubungi dari Jakarta pada
Rabu (5/6) lalu.
“Jadi, (divaksinasi)
tidak ada racun dan antibodi, tidak bisa dinetralisir. Bukan dinetralisir, ya,
tapi kalau ada virus masuk, benda asing atau patogen masuk, dia akan menetralisir.
Oleh karena itu, tidak ada istilah detoksifikasi pada vaksin,” tambahnya.
Klaim lain yang beredar
menyebutkan bahwa mandi dengan soda kue, garam Epsom atau garam Inggris, dan
boraks dapat mendetoksifikasi vaksin. Selain itu, cuci darah yang dilakukan
berulang kali juga diklaim sebagai cara untuk mendetoksifikasi vaksin.
“Soda kue untuk menetralisir
asam, sedangkan (bahan pembersih) boraks dapat bersifat karsinogenik yang dapat
menimbulkan kanker. Jadi, bukannya menyelesaikan masalah, justru akan menambah
masalah kesehatan,” jelas Prof. Hinky.
“Cuci darah itu
menetralisir toksin-toksin, sedangkan vaksin disuntikkan akan membentuk
antibodi, bukan toksin. Maka, yang namanya cuci darah bukan buat mengeluarkan
antibodi, melainkan mengeluarkan zat racun. Kalau sifatnya bukan racun, ya,
tidak akan keluar, karena bermanfaat bagi tubuh,” ungkapnya.
Ciptakan Kekebalan
Tubuh
Vaksin bekerja dengan
cara membangun sistem kekebalan tubuh secara khusus untuk melawan penyakit
tertentu. Sistem imun di dalam tubuh memiliki peran penting untuk melindungi
tubuh dari serangan virus atau bakteri.
Namun, sistem imun
perlu mengenali terlebih dahulu jenis-jenis virus atau bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit. Ketika virus atau bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh pada
kemudian hari, tubuh sudah siap untuk melawannya dan mencegah timbulnya
penyakit.
“Dengan terbentuknya
antibodi, kalau ada virus masuk, benda asing masuk, bakteri masuk, dia akan
menetralisir,” kata Ketua Komnas PP KIPI Prof. Hinky Hindra Irawan.
Prof. Hinky juga
menampik klaim keliru yang beredar di media sosial, yaitu anak yang tidak
divaksinasi bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik. Menurutnya,
klaim tersebut tidak benar.
Vaksin influenza
merupakan salah satu jenis vaksin yang bermanfaat bagi anak, dapat mengurangi
risiko komplikasi flu, seperti infeksi telinga, serta mencegah keparahan penyakit
yang sudah ada.
“Kuman penyebab infeksi
telinga streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenzae, kalau (anak)
divaksinasi, ya, angkanya (risiko kejadian infeksi) berkurang. Jangan sekadar
berasumsi atau mendengar tanpa ada basis data yang benar,” pungkas Prof. Hinky.
Cara Kerja Vaksin
Sebagaimana manfaat
vaksin dari lainnya, Vaksin COVID-19 memberikan perlindungan terhadap tertular
atau sakit parah akibat COVID-19. Cara kerjanya dengan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk membangun pertahanan khusus melalui pemberian vaksin.
Upaya optimal untuk
terhindar dari COVID-19 adalah dengan melengkapi vaksinasi COVID-19 sesuai
jadwal yang dianjurkan dan menerapkan perilaku sehat. Perilaku sehat tersebut
meliputi penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau
hand sanitizer, serta menjaga jarak aman.
Merujuk informasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin mengurangi risiko tertular penyakit
dengan memanfaatkan pertahanan alami tubuh untuk membangun perlindungan.
Setelah seseorang menerima vaksin, sistem kekebalan akan merespons.
Cara sistem kekebalan
tubuh merespons, yakni mengenali kuman penyerang seperti virus atau bakteri;
memproduksi antibodi, yaitu protein yang diproduksi secara alami oleh sistem
kekebalan tubuh untuk melawan penyakit; dan mengingat penyakit dan cara
melawannya.
Jika tubuh terpapar
kuman di kemudian hari, sistem kekebalan tubuh dapat dengan cepat menghancurkan
kuman tersebut sebelum Anda sakit. Oleh karena itu, vaksin merupakan cara yang
aman dan efektif untuk memicu respons imun dalam tubuh tanpa menyebabkan
penyakit.
Sistem kekebalan tubuh
dirancang untuk memiliki memori. Setelah menerima satu atau lebih dosis vaksin,
tubuh biasanya tetap terlindungi dari penyakit selama bertahun-tahun, puluhan
tahun, bahkan seumur hidup.
Inilah yang membuat
vaksin sangat efektif. sebagai alat pencegahan penyakit. Vaksin mencegah
seseorang agar tidak sakit, alih-alih mengobati penyakit setelah penyakit itu
muncul. (tim liputan).
Editor : Dorib
Social Footer